Halaman

Minggu, 25 Mei 2014

Sharing : Seleksi Masuk Kejaksaan RI


Hi readers, siapapun anda dan dimanapun anda berada...hehehe
Di posting yang terdahulu aku pernah berjanji untuk sharing pengalaman saya menjalani tes CPNS. Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya tes di institusi yang menurut saya super dasyat bagi mahasiswa hukum seperti saya : Kejaksaan RI. Tapi maaf, alur ceritanya “semau gue” ya?hehe

Disuatu minggu pagi yang sangat cerah, akhir Oktober 2013, seperti biasa, saya dan ayah melakukan jogging . Menikmati segarnya udara desa doplang bawen yang tanpa polusi, Melewati bukit, pohon2 yang rimbun, sawah – sawah yang membentang, serta gemercik air sungai yang merdu. Jogging adalah sarana komunikasi intens bagi saya kepada ayahnda tercinta. Dengan jogging saya bisa curhat masalah pacar, minta pendapat, serta bertanya detail tentang pekerjaan dan kehidupan ayah.
Suatu ketika saya menanyakan tentang nasib kawan ayah, yang masuk bui,dipecat sebagai PNS, selalu menangis di rutan dan terus berkata “saya tidak bersalah” dan tak henti menangis, akan tetapi bliau sekarang justru lebih sukses, lebih kaya dari saat bliau menjabat sebagai kepala dinas pendidikan.
Pertanyaan itu lalu berujung kepada bagaimana nasib ex-boss ayah(ex Bupati) sebut saja pak XYZ. Ayah dengan detail bercerita, “Pak XYZ sekarang menjadi DPO, kalau tidak salah ditingkat kejaksaan tinggi”, kata ayah. Ayah kembali melanjutkan ceritanya, kasusnya sudah sangat lama, dari ayah masih menjabat camat di Banyubiru, tahun 2006 berjalan hingga sekarang. Kemudian ayah ingin mengakhiri cerianya: “ya begitulah nang, jadi birokrat itu susah, masalah pengadaan buku bisa menyeret banyak orang seperti itu, belum tentu lho yang dinyatakan bersalah itu sepenuhnya bersalah, suatu saat kalau jadi PNS kamu harus hati – hati ya?”
Hari – hari pun berlalu... Hingga desember 2013 awal, pengumuman akhir Kementerian Keuangan yang tak kunjung muncul membuat saya harus tetap berihtiar menjalani tes - tes yang lainya, agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Hingga akhirnya pengumuman hasil TKD kejaksaan saya muncul dan Alhamdulillah, saya mencapai nilai 385 saat itu. Namun saya diwajibkan menjalani tes lanjutan selama 4 hari berturut turut, weekdays pula. Whaaaaat? Bagaimana saya harus ijin dengan boss saya? Pikiran saya saat itu adalah “ya Tuhan, segeralah Engkau munculkan pengumuman tes Kemenkeu, agar kalau saya diterima saya tidak mengambil hak orang lain di Kejaksaan dan bisa kembali bekerja”.

Namun rencana Alloh lain, saya harus menjalini 4 hari tersebut. Alhamdulillah ada teman di jakarta, dan alhamdulillah juga di apartemennya sedang sepi selama 4 hari, sehingga kami para perantau bisa menumpang selama 4 hari. Nikmat luaar biasa tinggal di apartemen mewah di kawasan kemayoran. Saya dan 3 musafir lainya tinggal disana, dan kami ber-5 slalu berangkat tes bersama.

Hari pertama saya menjalani tes kemapuan hukum dan psikotest yang rumit itu. Perspektif mahasiswa hukum bahwa kejaksaan itu slalu berhubungan dengan “pidana” itu salah, banyak sekali soal tentang hukum perdata, acara perdata dan hukum eksekusi. Satuhal yang  membuat saya berkesan pada hari itu. Sahabat seapartemen bercerita : “kamu tau orang yang diusir tadi? Yang diusir karna terlambat tadi adalah anak teman ayahku yang juga petinggi di kejaksaan.” Wow! Luar biasa!salut!

Hari kedua, ialah hari yang sangat membuat saya takjub pada kebesaran Alloh. Hari kedua adalah tes wawancara jaksa agung muda (eselon1). Saya mendapat jatah berwawancara dengan seorang Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) serem juga, bliau satu2 jaksa agung muda yang sudah doktor pada saat itu, dan bliau sendiri dan di ruangan bliau sendiri interview dilaksanakan. Tepatnya di gedung bundar Kejaksaan Agung RI.
Saya berada diurutan kesekian, antre sangat lama, dan melihat pemandangan : wajah pucat begitu kluar ruangan. Saya menjadi sangat takut saat itu, benar – benar sangat takut. Kata mereka pertanyaannya susah. Hingga akhirnya jatah saya. Begitu masuk, wow Subhanalloh ruangannya luar biasa, besar. Kemudian saya melihat bapak yang berwajah tergas tapi cerah tersenyum. Kemudian saya jabat tangannya dan bliau mempersillahkan saya duduk. Dengan bhsa Indonesia yang masih ada logat jawanya bliau bertanya:
“Nama kamu siapa?” “Asal kamu mana?”
Saya jawab nama saya dan saya jawab sya berasal dari Ambarawa kabupaten Semarang,
“Kabupaten Semarang? Hoooh, kamu tau siapa nama bupatimu?”
“tau pak, pak dokter Mundjirin”
“Sebelumnya?”Bliau bertanya lagi
“bu Ambar pak”
Bliau diam sejenak lalu bertanya kembali “kamu tau bupatimu yang namanya XYZ?”
“tau pak”
“kamu tau status dia sekarang apa?” bliau bertanya lagi
Sambil setengah kaget dan ternganga, lalu teringat ayah, saya mantap menjawab “DPO pak!!”
Beliau menganggukan kepala lalu kembali bertanya “DPO tingkat apa?”
“mohon koreksi bapak sekiranya saya salah, Bliau sekarang DPO di tingkat Kejaksaan Tinggi pak”
“kasus apa itu? Tahun berapa?”
Saya jawab dengan mantab “Kasus Pengadaan buku ajar pak, tahun 2006-2007, beliau dinyatakan sebagai tersangka di tahun 2006”
Lalu beliau menganggukan kepala dan tersenyum sangat manis, dan bertanya lagi, “kamu dari universitas mana nak? “, saya jawab “Undip pak” , “siapa profesormu yang terkenal dengan hukum progresifnya?”, karena saya sempat ikut aktifis Tjipian maka tidak asing bagi saya dan saya jawab “Prof Satjipto Rahardjo bapak”,
Selanjutnya pertanyaan bliau hanya berseputar Tugas dan wewenang Kejaksaan RI serta bliau menyuruh saya menterjemahkan suatu kalimat tentang hukum ke dalam bahasa inggris.
Saya akhirnya keluar ruangan dengan wajah yang 180 derajat berbeda dengan teman – teman saya. Wajah saya sumringah dan berseri – seri membuat puluhan antean melongo “kok cerah bgt wajahnya? Padahal lama lho?”. Akhirnya saya ketahui belakangan bahwa beliau (Pak Jampidsus) sebelum menjabat sebagai Jampidsus menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi di Jawa Tengah yang mengurusi kasus pak XYZ.hehehe Allohuakbar.

Selanjutnya hari ke3 dan hari ke4 hampir tidak ada cerita yang lebih dasyat dari hari kedua. Mungkin hanya saya pulang semarang dengan pesawat karena kehabisan tiket kereta api saja yang lucu. hehe

Dan akhirnya saya dinyatakan diterima sebagai pegawai Kejaksaan RI, namun dengan beberapa pertimbangan saya tetap ambil kementerian keuangan. Namun perlu kawan – kawan ketahui, bahwa bukan berarti saya ambil kementerian Keuangan karena lebih baik , SAMA SEKALI TIDAK!!  Saya percaya baik Kementerian Keuangan dan Kejaksaan merupakan lembaga yang gencar melakukan reformasi birokrasi. Terbukti dengan ketegasan pimpinan dalam memberikan sanksi berat bagi oknum yang macam – macam. Kejaksaan RI akan selalu ada dihati saya, alasan saya tidak mengambil lebih karena subjektif saya sebagai anak yang berbakti kepada ibu saja.
Dan Alhamdulillah Di kementerian keuangan khususnya Dirjen Kekayaan Negara, banyak sekali hubungan dengan Kejaksaan. Bersama - sama mengurusi Piutang Negara, mengelola aset sitaan Kejaksaan, melakukan lelang barang eksekusi, semua erat dengan Kejaksaan. Saya berharap saya bisa bertemu dan bekerja sama dengan kawan – kawan senasib saya dalam seleksi Kejaksaan serta ribuan teman kuliah saya yang ada di Kejaksaan lalu memberikan kontibusi yang besar bagi Rakyat Indonesia. AAAAAMIIN!!


Mendengar kata “Kejaksaan” akan selalu mengingatkan saya kepada games kecil yang lucu dari Alloh, Pak Jampidsus yang luar biasa, dan cita – cita utama saya bekerja : Menjadi Penegak Hukum yang idealis dan progresif!! Dimanapun saya bekerja. Betapa besar karunia Alloh, percayalah pada kekuatan doa ya kawan. Karena hanya itu yang dapat menolong kita.

7 komentar:

  1. mas hari ke 3 dan ke 4 tes apalagi?
    stlh psikotes dan tes akademik hari pertama, hari kedua wawancara, hari ke- tes kesehatan kah?

    BalasHapus
  2. hari ketiga sebenarnya masih ada yang tes wawancara eselon 1 (jaksa agung muda). karena saya kelar di hari kedua, jadi hari ketiga saya nganggur. baru deh hari keempat ts kbugaran :)

    BalasHapus
  3. Selamat pagi Kak..kira2 apa saja yg diujikan pada saat ketrrampilan komputer untuk calon pengawal tahanan .. Terima kasih.

    BalasHapus
  4. bolehkah seorang jaksa berkaca mata?

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus