Halaman

Senin, 08 Juni 2015

Pesona Liga Indonesia di FM (2) : SEBUAH LIGA INDONESIA IMPIAN

Masih tentang pesona Football Manager dan Liga Indonesia di mata saya. Saya terlalu menjiwai dalam bermain, menggunakan hati saya untuk se-ombyok manusia virtual dalam dunia virtual untuk saya perlakukan layaknya manusia di alam nyata. Dari dulu saya sadar jika negara kita itu luas, biaya operasional mahal, namun infrastruktur belum sempurna. Saya terapkan semua itu di dalam dunia Football Manager melalui menu Edit.

Ketika ada permasalahan di Liga Kita dulu (ada liga tandingan), saya merombak total sistem liga di menu edit, membutuhkan waktu berhari – hari, sejenak melupakan skripsi.
Berikut sistem liga buatan saya :
Divisi Super Liga (I)
Terdiri 15 Tim mengarungi kompetisi penuh, 3 degradasi, saya bermaksud membatasi pemain asing menjadi 3 (tiga) namun sayangnya saya tidak tau di menu mana, sehingga pemainasing bebas.
Divisi Primer (II)
Terdiri 18, 9 barat dan 9 timur, namun lagi – lagi saya bermaksud membatasi pemain asing menjadi 3 (tiga) yang terdiri 2 (dua) non asia dan 1 (satu) asia  namun sayangnya saya tidak tau di menu mana, sehingga pemainasing bebas.

Divisi bawahnya lagi tak tersentuh oleh saya, tapi jikalau ada dan bisa, saya akan buat 32 Tim dibagi menjadi  4 grup masing – masing grup ada 8 tim, juara 1,2,3 lolos ke super liga, Kemudian saya bermaksud agar yang menghuni grup tersebut sesuai dengan lokasinya, misal grup 1 klub dari Sumatera, grub 2 Jawa Bali Nusatenggara, Grub 3 Sulawesi dan Kalimantan, Grub 4 Papua Maluku, namun Pasti tidak bisa.hahahaha

Untuk sistem copa/cup, saya default saja. Namun kalau bisa mengatur ya pasti saya atur berdasarkan homebase klub sayang tidak bisa..hehehe

Kebijakan Pembinaan Usia Muda
Ada tim U 18 di setiap klub, ada TIM REVERSE seperti liga eropa, namun maksud saya mengenai tim REVERSE adalah tim primavera, yang kompetisinya bebas mau berapa saja pemain asing yang ada disini, jadi bisa menaungi pemain asing dari negara konflik atau pemain yang sedang minta suaka (korban kuliah Hukum Internasional), pemain muda keturunan yang belum dinaturalisasi, dan pemain yang tidak mendapatkan tempat di Tim inti (intinya ga sembarang pemain asing ada disini) yah lagi – lagi maksud non teknis saya saja... hanya bisa saya rasakan sendiri saja, karena tidak ada menu-nya.

Liga buatan saya di FM benar – benar hangat jika saya bayangkan sekarang mengingat kompetisi Liga Indonesia yang tidak kunjung pasti, Gaji Nunggak, Hutang Menumpuk, Biaya Operasional tinggi, namun konsumsi pemain asing sangat luar biasa. Juga pas ketika merasakan ada warga keturunan yang ingin membela timnas dan banyaknya pengungsi yang mungkin diantara mereka mempunyai bakat luar biasa di bidang sepak bola, jangan salah Ibrahimovic dulu pengungsi juga lho dan dia berkontribusi untuk Swedia... #Hungry4Glory Indonesian Football


Pesona Liga Indonesia di FM (1) : ketika alam virtual ditemui di alam nyata

Kesibukan kerja, berkeluarga, membuat saya sama sekali tidak mungkin, tidak bisa, dan tidak akan  mau bermain Game Favorite saya : Football Manager, yang saya anggap “Syeitan” dalam dunia saya, karena membuat saya ketagihan layaknya junkies, lupa waktu, dan marah – marah gak jelas....


Namun belakangan ada teman saya yang meng-install game ini namun tidak pernah bermain sebelumnya, lalu menanyakan pada saya tentang bagaimana game ini, lalu saya bercerita tentang eforia kala saya berain game ini, termasuk serunya liga domestik/liga Indonesia. Teman saya terheran dan bertanya “Hah Liga Indonesia? Apa asiknya?”, Saya bilang : “sebuah kenikmatan ketika kita bisa mendatangkan pemain asing yang belum pernah bermain di liga Indonesia baik di alam nyata maupun virtual, lalu pemain ini justru menjadi pemain pemain incaran – incaran tim lain karena kehebatannya, terlebih kita peroleh dengan free transfer” atau “ketika kita membeli pemain asing dari negara yang tidak bonafit sama sekali di dunia sepakbola, misal yang pernah saya lakukan adalah embeli pemain dari Macau, Azerbaijan, Turmenistan, Myanmar, lalu menjadi pemain yang diperhitungkan di liga Indonesia dan jadi inciran tiap jendela transfer”, kenikmatan lain adalah “ketika kita mengadakan trial / Seleksi di libur kompetisi ala Tim – tim liga Indonesia di alam nyata, lalu dapat pemain bagus yang kita butuhkan”.

Kenikmatan lain saya rasakan ketika masuk institusi saya kini yang berkeliling seluruh Indonesia (Setelah bertahun – tahun saya lupakan game itu), coba bayangkan saja dulu di “copa Indonesia” saya bertemu dengan PSKT Kota Tomohon, dulu saya berfikir mana itu Tomohon? Dan benar saja saat ini saya ditempatkan di Manado dan sering menghabiskan akhir pekan saya bersama istri, menyewa resort di Kota Tomohon, Ketika saya bermain di Liga Indonesia dulu ada klub pembuat kejutan namanya Gaspa Palopo, dan benar saja, ternyata intansi saya punya kantor perwakilan di Palopo dan sahabat dekat saya ditapatkan disana; institusi saya punya kantor perwakilan di Padang Sidempuan, mungkin sebagaian teman saya asing terhadap nama tersebut, namun saya tidak, karena saya pernah membeli pemain muda dari klub PSKPS Padang Sidempuan,hahaha

Mungkin satu yang tidak tersentuh oleh Game ini tentang Liga Indonesia: bahwa biaya operasional untuk mengitari Nusantara ini sangat sangat sangatlah tinggi. Di alam virtual, saya dengan leluasa menjadwalkan pertandingan uji coba hari ini bertandang melawan PSMS Medan, tiga hari lagi melawan Persigubin Pegunungan Bintang (karena yang memungkinkan memang klub ini), lalu tiga hari lagi bertandang ke Persibom Bolaang Mongondow (karena yang mengajak klub ini), namun tauhkah anda....

Perjalanan dari medan Ke Gunung Bintang (melawan Persigubin) itu pasti butuh waktu yang gila lamanya, Medan – Jayapura 6 jam (belum lagi kalau transit), lalu Jayapura ke Pegunungan Bintang masih harus naik pesawat lagi, jika tiket ke Jayapura saja paling murah Rp. 2.600.000 plus ke gunung bintang untuk pesawat baling bisa mencapai Rp 700.000 dikalikan pemain plus Official, bisa gila kan? Lalu perjalanan dari Pegunungan Bintang ke Bolaang Mongondow (melawan Persibom ceritanya) oper pesawat ke Jayapura (sudah saya bilang 700.000’an), lalu dari Jayapura menuju Manado tidak ada pesawat langsung, pastilah jatuhnya tiket mahal, lalu dari Manado ke Bolaang Mongondow sangat menyita waktu karena tidak ada akses melalui Pesawat namun jalan darat dengan jalan yang sangat sempit untuk ukuran jalan provinsi, yang pasti pemain dan official bisa gila jika melewati medan seperti ini, klub juga bisa gila atas pengeluaran operasional tim. hehehe

Baca tulisan sejenis : Pesona Liga Indonesia di FM (2) : SEBUAH LIGA INDONESIA IMPIAN